Kaisar Meiji, yang memimpin Jepang dari tahun 1868 hingga 1912, adalah tokoh yang sangat bersemangat mengenai ilmu pengetahuan dan modernisasi. Restorasi Meiji menandai awal dari era transformasi besar-besaran di Jepang, yang beralih dari feodalisme ke masyarakat modern yang berorientasi pada industrialisasi dan ilmu pengetahuan. Kaisar Meiji menyadari bahwa untuk mencapai kemajuan ini, Jepang harus menyerap teknologi dan pengetahuan dari Barat. Penerjemahan karya-karya ilmiah dan teknis ke dalam bahasa Jepang menjadi salah satu metode utama yang digunakan untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari Barat ke Jepang.
Salah satu kebijakan paling strategis dari Kaisar Meiji adalah mengirimkan pemuda Jepang untuk belajar di luar negeri. Pada tahun 1871, pemerintah Jepang mengirimkan Iwakura Mission, delegasi besar yang terdiri dari pejabat tinggi dan mahasiswa muda, ke Amerika Serikat dan Eropa untuk mempelajari sistem pendidikan, teknologi, dan pemerintahan Barat[1]. Para pemuda ini, setelah kembali ke Jepang, memainkan peran penting dalam menerjemahkan dan mengadaptasi ilmu pengetahuan dan teknologi Barat ke dalam konteks Jepang. Kebijakan ini tidak hanya membawa pengetahuan baru ke Jepang tetapi juga menciptakan generasi intelektual yang berkomitmen untuk modernisasi negara.
Kekaisaran Meiji sebagai Translation Empire
Pada masa Restorasi Meiji, berbagai bidang ilmu diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Bidang kedokteran adalah salah satu yang paling awal dan signifikan, dengan banyak teks medis Barat diterjemahkan untuk meningkatkan layanan kesehatan di Jepang. Selain itu, karya-karya di bidang teknik dan teknologi industri sangat penting untuk mendukung industrialisasi Jepang. Bidang hukum dan pemerintahan juga mendapatkan perhatian besar karena Jepang berusaha membangun sistem pemerintahan modern berdasarkan model Barat[2]. Bidang-bidang lain yang diterjemahkan termasuk ilmu pengetahuan alam, matematika, dan ilmu sosial.
Sumber ilmu pengetahuan yang diterjemahkan pada masa Restorasi Meiji terutama berasal dari negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan Prancis[3]. Amerika Serikat dan Jerman menjadi sumber utama untuk teks-teks kedokteran dan teknologi, sementara Inggris dan Prancis menyediakan banyak literatur di bidang hukum dan ilmu sosial. Keanekaragaman sumber ini mencerminkan pendekatan Jepang yang eklektik dalam mengadopsi berbagai aspek modernitas dari berbagai negara Barat.
Kekaisaran Meiji sering disebut sebagai “Translation Empire” karena peran penting penerjemahan dalam proses modernisasi Jepang. Penerjemahan dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan Jepang dengan dunia luar, memungkinkan transfer pengetahuan dan teknologi yang sangat dibutuhkan untuk mempercepat kemajuan negara[4]. Melalui upaya penerjemahan yang luas dan sistematis, Jepang berhasil mengintegrasikan ilmu pengetahuan Barat ke dalam budaya dan sistem pendidikan mereka, menjadikan penerjemahan sebagai salah satu pilar utama dalam transformasi sosial dan ekonomi mereka.
Beberapa penerjemah terkenal pada masa Restorasi Meiji antara lain:
- Fukuzawa Yukichi – Seorang intelektual dan penerjemah terkenal yang menerjemahkan banyak karya Barat ke dalam bahasa Jepang. Salah satu karyanya yang terkenal adalah “Seiyō Jijō” (Keadaan di Barat), yang memperkenalkan budaya dan teknologi Barat kepada masyarakat Jepang[5].
- Nishi Amane – Seorang filsuf dan penerjemah yang menerjemahkan karya-karya filsafat Barat, termasuk karya-karya John Stuart Mill, ke dalam bahasa Jepang. Nishi Amane berkontribusi besar dalam memperkenalkan pemikiran filosofis Barat ke Jepang[6].
- Ōkuma Shigenobu – Seorang politikus dan penerjemah yang memainkan peran penting dalam penerjemahan teks-teks hukum dan pemerintahan Barat. Ōkuma membantu membentuk sistem hukum modern Jepang berdasarkan model Barat[7].
- Mori Arinori – Menteri Pendidikan pertama Jepang yang juga seorang penerjemah penting. Mori Arinori menerjemahkan dan mengadaptasi sistem pendidikan Barat untuk diterapkan di Jepang, yang sangat mempengaruhi sistem pendidikan Jepang saat ini[8].
Begitu pentingnya peran penerjemah dalam transformasi Jepang selama Restorasi Meiji. Melalui penerjemahan dan adaptasi pengetahuan Barat, Jepang berhasil membangun fondasi bagi kemajuan ilmiah dan teknologi yang terus berlanjut hingga hari ini.
[1] Duus, Peter. The Rise of Modern Japan. Houghton Mifflin, 1976.
[2] Jansen, Marius B. The Making of Modern Japan. Harvard University Press, 2000.
[3] Huffman, James L. Japan in World History. Oxford University Press, 2010.
[4] Howland, Douglas. Translating the West: Language and Political Reason in Nineteenth-Century Japan. University of Hawaii Press, 2001.
[5] Fukuzawa, Yukichi. An Outline of a Theory of Civilization. Columbia University Press, 2008.
[6] Jansen, Marius B. Nishi Amane and Modern Japanese Thought. Princeton University Press, 1957.
[7] Beasley, W.G. The Meiji Restoration. Stanford University Press, 1972.
[8] Gluck, Carol. Japan’s Modern Myths: Ideology in the Late Meiji Period. Princeton University Press, 1985.